Ribuan kebakaran hutan yang disebabkan oleh perusahaan-perusahaan kelapa sawit di pulau Sumatera dan Kalimantan tidak hanya mengancam kera langka yang terancam punah tetapi juga iklim global.
Indonesia Sedang Terbakar.
Saat ini, puluhan ribu kebakaran hutan kecil membakar pulau Sumatra dan Kalimantan, satu-satunya habitat bagi orang utan dan spesies langka lainnya. Banyak kebakaran yang terjadi tampak dilakukan secara sengaja oleh perusahaan-perusahaan kelapa sawit, yang menerapkan metode tebang-dan-bakar untuk membersihkan lahan dari pohon-pohon asli dan menanam tanaman komersial mereka, yang akan digunakan sebagai bahan dasar berbagai produk mulai dari makanan hingga kosmetik.
Richard Zimmerman, direktur eksekutif Orangutan Outreach, menyebut kebakaran ini sebagai bencana bagi orang utan yang terancam punah. Beberapa titik kebakaran terletak di habitat orang utan yang penting, termasuk Taman Nasional Sebangau Kalimantan, yang diperkirakan memegang populasi orang utan liar yang terbesar. "Ini adalah malapetaka," kata Zimmerman. Ia mengatakan bahwa ia khawatir tentang banyaknya orang utan liar yang telah mati sebagai akibat dari api dan asap yang dihasilkan.
"Masalah dengan api dan asap ini benar-benar mengerikan," kata Lis Key, manajer komunikasi untuk International Animal Rescue, yang menjalankan pusat rehabilitasi untuk lebih dari 125 ekor orang utan yatim yang terluka di Ketapang, Kalimantan.
"Orang utan liar dan orang utan di pusat rehabilitasi seperti ini sangat terpengaruh oleh asap," katanya. "Beberapa menderita infeksi saluran pernapasan atas, yang dapat berakibat fatal. Beberapa bayi orang utan yang kami tangani baru-baru ini telah menderita tidak hanya oleh dehidrasi dan kekurangan gizi karena kurangnya suplai makanan, tetapi juga masalah pernapasan akibat polusi udara. "
(Kunjungan ke pusat rehabilitasi orang utan di Ketapang dan upaya untuk melacak cakupan pembabatan hutan kelapa sawit ilegal dapat dilihat pada episode minggu ini di The Operatives, yang mengudara pada hari Minggu, 25 Oktober, pukul 10 malam ET/PT di Pivot, jaringan televisi yang dimiliki oleh Participant Media, perusahaan induk TakePart. Bergabunglah dengan Operatives dalam misi mereka dan ambillah tindakan untuk melindungi semua satwa liar dengan mengklik di sini.)
Tidak peduli di mana kebakaran terjadi, api telah menjalar di luar kendali karena musim kering dan berangin yang abnormal yang disebabkan oleh pola cuaca El NiƱo. Zimmerman mengatakan bahwa situasi ini serupa dengan kekeringan yang melanda California, saat kebakaran hutan telah meningkat baik dalam frekuensi maupun intensitasnya selama beberapa tahun terakhir.
Sayangnya kebakaran yang terjadi di Indonesia jauh lebih buruk dari California. Bukan saja diatur secara sengaja, tetapi juga banyak terjadi di lahan hutan gambut yang kaya akan karbon. Hutan ini —yang biasanya basah dan sult dibakar pada waktu seperti sekarang ini— tumbuh dari materi organik yang kaya dan lembap, bukan tanah biasa. Zimmerman mengatakan bahwa hutan gambut tahun ini sangat kering sampai-sampai "satu batang korek api atau rokok akan membuat semuanya terbakar dalam nyala api."
Hal ini tidak hanya melepaskan lebih banyak karbon dari kebakaran hutan biasa, tapi juga membuat kebakaran sulit untuk dikendalikan. "Walaupun semuanya tampak baik-baik saja, pada kenyataannya terdapat nyala api pada kedalaman 20 kaki di bawah tanah," kata Zimmerman. "Anda memiliki tim yang melakukan upaya yang terbaik untuk memadamkan titik-titik api, namun api dapat datang kembali 100 meter di belakang mereka. Ini membutuhkan kewaspadaan yang konstan. "
Orang utan memiliki lebih banyak hal untuk ditakuti daripada sekedar api. Api dan asap mendorong mereka keluar dari habitatnya yang sudah menyempit sehingga lebih dekat ke desa-desa manusia, tempat orang utan dewasa dibunuh dan yang muda dijual lewat jalur perdagangan hewan peliharaan. Dalam sepekan terakhir, International Animal Rescue menyelamatkan satu orang utan muda, Gito, yang telah disimpan dalam sebuah kotak kardus dan ditinggal di bawah sinar matahari untuk mati.
Dua orang utan muda lainnya dipulangkan ke Indonesia pekan ini setelah mereka diselamatkan dari para penyelundup di bandara Kuala Lumpur, Malaysia. Sebuah laporan tahun lalu dari Great Apes Survival Partnership menemukan bahwa banyak orang utan yang diperoleh secara ilegal dan kera lainnya dijual ke China untuk ditampilkan di kebun binatang dan fasilitas hiburan lainnya.
Meskipun sebagian besar orang utan dewasa yang melarikan diri dari kebakaran hutan telah tewas di tangan para pemburu, beberapa dari mereka lebih beruntung. Key melaporkan bahwa timnya baru-baru ini merelokasi 10 orang utan liar yang ditemukan telah "terdampar dekat dengan daerah perizinan kelapa sawit atau di daerah hutan yang telah musnah oleh api."
Kebakaran mengancam lebih dari sekedar satwa liar di Indonesia: Kebakaran juga telah menghasilkan awan asap dan kabut yang cukup besar untuk dilihat dari luar angkasa dan melepaskan kira-kira 15 hingga 20 juta ton karbon dioksida per hari—lebih dari emisi yang dihasilkan dari seluruh sendi perekonomian AS. "Ini bukan hanya satu api kecil di satu daerah kecil," kata Zimmerman. "Ini tentang seluruh bumi."
Dan tidak ada ujung yang terlihat. Menteri Lingkungan Malaysia pekan ini memperingatkan bahwa kebakaran hutan Indonesia begitu parah sampai-sampai usaha manusia tidak mampu menghentikannya sampai musim hujan dimulai pada pertengahan November, jika memang terjadi demikian.
Meskipun begitu, Zimmerman mengatakan timnya sedang mengumpulkan dana untuk membantu warga desa, petugas pemadam kebakaran, dan organisasi konservasi lokal. Setelah itu, ia akan memulai survei untuk melihat berapa banyak orang utan yang hilang. "Ketika kebakaran ini akhirnya padam, saat itulah kita akan dapat melihat jasadnya," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar